Archive for August 3rd, 2009
CNN menyiarkan berita pada tanggal 1 Agustus 2009, mantan Presiden Filipina Corazon (Cory) Aquino meninggal dunia melalui pengumuman resmi kepada pers yang dibuat oleh putra satu-satunya Benigno (Nin0y) Aquino, Jr.
Sejak bulan Juni Cory Aquino dirawat di Makati Medical Center di ibukota Manila dengan keluhan akibat penyakit kanker usus besar atau kanker kolon yang telah dideritanya semenjak satu tahun ini.
Kanker kolon sebenarnya adalah pembunuh nomor dua pada pria dan wanita dinegara-negara Barat dan negara maju lainnya. Dinegara maju tersebut pada pria pembunuh nomor satu adalah kanker paru, sedangkan pada wanita kanker payudara. Kanker kolon berkaitan erat dengan pola BAB yang jarang atau obstipasi atau bahasa awamnya sembelit.
Di Indonesia pola penyakit sudah mengikuti trend dinegara-negara maju, sehingga belakangan ini penderita kanker termasuk kanker kolon sudah meningkat jauh dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup atau life style yang mengglobal dan semakin modern.
Obstipasi atau sembelit disebabkan oleh kurang atau menurunnya gerakan usus (peristaltik usus). Gerakan usus menurun, bila makanan yang kita makan sudah halus atau disebut ’refined food’, yaitu makanan yang telah diproses sedemikian rupa menjadi halus dan tidak banyak atau tidak mengandung serat alami lagi. Seperti : makanan dalam kaleng, roti yang tidak menggunakan whole wheat alias gandum butiran sebagai bahan dasar tepung, daging olahan, dst.
Karena itu sering kita mendengar dan membaca anjuran ‘makanlah makanan yang berserat tinggi’ seperti : beras merah, ‘brown bread’, susu langsung diperah dari sapi, banyak sayuran segar seperti lalapan. Ajakan itu bukan asal ngomong akan tetapi bertujuan, agar kita semua dapat meminimalisir kondisi sembelit atau jauh dari sembelit dan bisa BAB setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari. Apalagi pada mereka yang sering ‘stress’ karena pekerjaan di era globalisasi ini.
Stress ikut berperan dalam terjadinya sembelit, karena biasanya orang yang stress maka saraf simpatisnya yang dominan bekerja. Padahal saraf simpatis akan memperlambat kerja usus dan pencernaan. Sedangkan untuk bekerjanya saluran pencernaan pada umumnya yang disebut gerakan usus atau peristaltik usus diperlukan rangsangan terhadap saraf para-simpatis.
Secara prinsip saraf simpatis disebut bersifat adrenergik, merangsang pengeluaran adrenalin dan segala konsekuensinya seperti : denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, keringat membanjir, kulit hangat, dll. Sedangkan kerja saraf para-simpatis bersifat non-adrenergik, memicu pengeluaran nor-adrenalin yaitu kebalikan dari adrenalin. Mengaktifkan kerja saluran cerna,menurunkan tekanan darah,menurunkan denyut jantung, kurang berkeringat dan kulit menjadi lebih dingin.
Apa itu transit time? Adalah waktu yang diperlukan oleh makanan yang telah dicerna untuk keluar dari usus besar berupa kotoran atau feces. Makin cepat atau pendek transit time misalnya pada kondisi diare. Sedangkan transit time yang panjang pada keadaan sembelit atau obstipasi. Pada saat transit, feces yang berada didalam lumen atau rongga usus besar akan berinteraksi dengan dinding usus besar itu.
Kita tahu bahwa feces mengandung demikian banyak bahan toksik dan bahan buang lainnya yang beracun dan sangat berbahaya bila bereaksi secara kimiawi dengan dinding usus besar. Usus besar merupakan bagian terakhir pencernaan termasuk rektum yang berupa kantong feces sebelum lubang pelepasan yang disebut anus. Dibagian inilah biasanya feces tertahan atau ‘transit’ berhari-hari tergantung berat ringannya obstipasi.
Nah makin lama waktu transit makin besar kemungkinan terjadi reaksi kimia antara feces dan dinding usus dengan hasil akhir : mulai timbul perubahan dinding usus yang disebut displasia. Proses berlangsung mulai dari displasia ringan, kemudian displasia sedang dan displasia berat. Ketiga kondisi displasia tersebut disebut lesi pra-kanker, sebelum akhirnya masuk ketahap kanker yang disebut kanker kolon.
Bila cepat ditangani, misalnya pada fase displasia maka proses onkologi itu dapat diputus sampai disitu sehingga tidak mungkin berlanjut ke fase kanker. Disinilah saatnya kita harus mewaspadai terjadinya tanda-tanda awal kanker kolon. Yaitu : pola BAB tiba-tiba berubah dari sembelit jadi diare. terdapat rasa sakit atau nyeri yang samar dibagian perut.
Terdapat tanda perdarahan didalam feces yang terlihat maupun tidak kasat mata. Pada saat terjadi perubahan awal seperti ini, sebaiknya kunjungi dokter penyakit dalam subdivisi gastro-enterologi untuk diperiksa fisik dan juga laboratorium yaitu feces lengkap.
Perdarahan yang tidak disadari dan berlangsung terus didalam usus besar, lama kelamaan mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin yang disebut anemia sehingga paasien terlihat sangat pucat. Biasanya pada kondisi seperti inilah penderita datang dan memeriksakan diri ke dokter. Kalau sudah sampai anemia, biasanya perjalan penyakit sudah jauh sampai ke tahap kanker. Tidak pernah bosan bagi saya untuk selalu mengulangi lagi semboyan ‘mencegah jauh lebih baik dari pada mengobati’.
So, luangkanlah waktu sejenak dalam setiap hari untuk mengamati kondisi badan dan kebiasaan kita sehari-hari. Adakah yang berbeda pada hari ini ? Dengan demikian kita bisa mencegah kejadian yang lebih buruk dan lebih berbahaya…
Popularity: unranked