Archive for April, 2010
Kaget, heran sambil berdecak-decak kagum dan miris melihat dan mengetahui sebegitu luasnya korupsi merajalela di negara kita ini. Bayangkan, pegawai negeri sipil golongan III A seperti Gayus Tambunan harta kekayaannya sangat fantastis… Ratusan miliard bahkan mungkin triliun. Bandingkan dengan saya sebagai dokter spesialis yang pada saat pensiun bergolongan IV D maka pensiun yang saya terima setiap bulan sampai saat ini hanyalah sebesar satu juta limaratus ribu sekian rupiah. Ibarat bumi dan langit perbedaannya dengan saudara Gayus Tambunan.
Tinggal di apartemen juga baru beberapa tahun ini. Sebelumnya saya tinggal di perumahan sederhana yang ditempati dengan cara mencicil selama limabelas tahun di lokasi Pamulang Permai. Duh, sudah dokter spesialis senior dengan pengalaman go-international kok sebegitu teganya..teganya pemerintah membayar jerih-payah saya sedemikian sangat rendah tanpa pernah memikirkan usaha, pengorbanan, ketulus-ikhlasan dalam menolong pasien terutama mereka yang tidak mampu. Sudah sekolahnya lama, ilmunya susah, pengabdian kepada masyarakat namun sepertinya semua itu tidak pernah menjadi bahan pemikiran pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan..
Korupsi itu mungkin semacam penyakit yang diturunkan. Bila orang tuanya koruptor, kemungkinan besar anak-anak serta cucunya nanti akan menjadi koruptor juga. Semakin muda generasinya maka semakin canggih caranya melakukan korupsi sehingga tingkat korupsi yang dilakukannya semakin tinggi. Boleh dikata menjadi professor dibidang korupsi terutama bila lingkungan sekitar mendukung kearah itu. Atau mungkin perlu dibuat sekolah khusus mempelajari korupsi dan cara-cara elegan dalam pelaksanaannya…
Dalam jajaran polisi semakin panjang deretan nama-nama perwira menengah (pamen), perwira tinggi (pati) dan apalagi yang akan memenuhi halaman surat kabar yang terbit, mungkinkah Kapolri juga? Belum lagi deretan nama-nama jaksa, jaksa menengah, jaksa tinggi, ataukah sampai ke Jaksa Agung juga ? Dari pihak hakim juga sama halnya dari yang paling rendah sampai ke pucuk pimpinan jugakah? Bila demikian halnya, maka posisi strategis sebagai pucuk pimpinan masing-masing institusi akan menjadi lowong, alias kosong. Karena yang menempati masing-masing posisi itu turut terlibat perkara korupsi kelas hiu…
Makin susah dan langka saja manusia jujur dalam kehidupan kita sehari-hari. Gaya hidup konsumerisme atau konsumptif sangat berperan dan menjadi pemegang peran utama dalam terjadinya korupsi sebagai budaya dalam masyarakat. Sejak bayi kita sudah dibiasakan menggunakan pampers yang bermerk, baby stroll yang mahal, susu yang harganya selangit, baju bayi merek tertentu, sepatu bayi tertentu dan lain-lain.
Setiap orang tua seolah latah dan tidak menyesuaikan dengan penghasilannya sendiri. Yang penting asal ikut mode, nggak peduli ayahnya cuma sorang tukang kayu atau pegawai negeri sipil (PNS) golongan II. Gayanya harus sama, gengsi itu penting, man… HP juga kalau bisa harus Blackberry Bold, biar sama dengan punyanya Presiden Barack Obama. Nggak peduli seseorang berada dikelas masyarakat yang mana, nampang itu penting. Maka diputarlah otak, bagaimana caranya mendapatkan semua barang berkelas itu sehingga tidak kalah sama si Polan?
Korupsi akhirnya menjadi jalan pintas bagi semua permasalahan hidup yang pelik dan harus dicarikan solusinya… Mula-mula kepengin motor, lalu mobil dan akhirnya kepingin punya Monas yang berlapiskan emas murni 24 karat itu.. Bukan hanya manusia jin-pun matre semua begitu kata sebuah iklan dilayar kaca… Untuk menggambarkan betapa konsumptifnya masyarakat kita di Indonesia ini…
Popularity: unranked
Rest area adalah tempat istirahat sangat komplit dan sangat diperlukan oleh setiap orang dan setiap mobil atau kendaraan yang bepergian jarak jauh. Disana ada segala kebutuhan mobil atau kendaraan seperti : bahan bakar minyak atau bensin, isi angin ban, isi olie mesin isi air carburator, dst. Sehingga tidak ada kehabisan bahan bakar atau kecelakaan akibat ban kempis kurang angin atau mesin panas karena air carburator lupa diisi pada saat perjalanan dimulai.
Demikian pula segala kebutuhan penumpang atau orang yang bepergian jauh, seperti kamar mandi/WC, tempat mengambil air wudhu, tempat sholat dan restaurant dengan berbagai makanan dan minuman. Ditempat itu bisa juga didapat obat pusing atau minyak kayu putih, balsem atau obat ati mabuk, dll. Bahkan para penumpang atau sopir yang kecapean bisa beristirahat sejenak untuk melepas penat dan melemaskan otot-otot yang tegang dan rasa kantuk dengan minum kopi atau wedang jahe kegemarannya.
Pendeknya rest area memang mutlak diperlukan untuk perjalanan jauh, dan sangat bermanfaat untuk mengurangi angka kecelakaan di jalan tol dan perjalanan berjarak jauh pada umumnya. Sehingga model rest area seperti yang kita jumpai pada saat ini di jalan tol Jakarta-Bandung atau Bandung-Jakarta rasanya sudah cukup mewakili keinginan warganegara Indonesia termasuk saya sendiri akan tempat nyaman dan aman seperti yang biasa kita jumpai di luar negeri : Eropa, Amerika dan Australia.
Saya masih teringat perjalanan di Eropa yaitu dari Rotterdam di negeri Belanda menuju ke Frankfurt di negara Jerman. Pada saat itu tahun 1992, saya bepergian bersama keponakan saya laki-laki yang kebetulan sedang menyelesaikan kuliah di Technische Universiteit (TU) di Delft, Belanda. Kenapa mesti repot-repot jalan darat pakai mobil, tidak lain karena saya tidak punya visa untuk memasuki Jerman.
Pada saat di Jakarta sebelum berangkat ke Rotterdam untuk mengikuti training dibidang hematologi anak di Sophia Kinderzieken Huis, saya lupa dan tidak kepikiran bahwa saya akan sempat nantinya main ke Frankfurt menengok sepupu dan keponakan saya yang menetap dikota itu bersama suaminya yang berkebangsaan Inggris. Tanpa visa, bila saya berangkat atau tiba di Frankfurt baik itu menggunakan pesawat udara ataupun kereta api, sama sekali tidak mungkin. Karena pada saat pembelian ticket baik ticket pesawat maupun ticket kereta api biasanya diminta menunjukkan ID card. Sedangkan dalam paspor saya tidak terdapat visa memasuki negara Jerman. So, tidak ada cara lain selain nekat pergi bersama keponakan saya dengan mobil bututnya sendiri.
Maklum sebagai seorang mahasiswa dinegeri orang, mobil keponakan saya hanyalah sebuah mobil tua seharga 15 ribu gulden yang boleh dibilang terkadang suka mogok meskipun belum menjadi ‘si jago mogok’ seperti lagunya Titik Sandora dan Muchsin Alatas. Maka ditengah perjalanan yang cukup jauh melintasi perbatasan Belanda kearah utara menuju negara Jerman melewati kota Mastricht, dsb. kap penutup mesin terbuka akibat angin kencang. Akibatnya kita harus menepi dan memperbaiki keadaan itu. Karena tidak bisa lagi ditutup secara normal akibat baut yang lepas, maka terpaksalah mobil berjalan dengan kap yang ditutup dengan mengikatkan tali sepatu ketch keponakan saya. Jadilah mobil kita jalannya harus pelan-pelan tidak boleh ngebut sama sekali, bila ingin kap penutup mesin tidak copot lagi… Sampai akhirnya kita berhenti di satu rest area dan beristirahat serta menghubungi keluarga yang di Frankfurt. Dengan menyebutkan mobil rusak dan ada di Rest area nomor sekian, dikota kecil sebelum Frankfurt…
Di areal rest area tersebut delapan belas tahun yang lalu, sudah sedemikian komplit semua yang kita perlukan ada. Belum ada hand phone pada saat itu, jadi kita menggunakan telpon umum yang menggunakan koin didalam areal peristirahatan tersebut.. Saya juga sempat mandi dan ganti pakaian disana, makan dan minum sambil menunggu dijemput dari Frankfurt… Jadi adanya rest area sangatlah menolong kami pada saat itu.
Itulah pengalaman yang tidak terlupakan sampai saat ini, yang terkadang membuat saya senyum-senyum sendiri… Dan semoga masyarakat Indonesia dapat mengambil manfaat dari adanya beberapa rest area di sepanjang jalan tol tersebut. Serta tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada pemerintahan SBY yang telah berusaha lebih mensejahterakan rakyatnya, agar tidak terlalu jauh ketinggalan dari masyarakat di negara-negara maju…
Popularity: unranked