Archive for the ‘Traveling’ Category
Membingungkan juga, pada saat saya berniat membeli cenderamata dari satu negara di luar negeri. Betapa tidak bingung, karena pernak-pernik yang biasa kita lihat di Jogya, bisa ada didepan mata saya ditoko souvenir di Ho Chi Minh City (HCMC). Ada sandal, ada boneka, ada rok batik ada sepatu tipis tanpa tumit, dll. Semua pernak-pernik itu menggunakan bahan batik dengan warna-warni etnik yang menarik. Barang kerajinan tangan itu ada yang digantung, dipajang dalam satu rak dari rotan, dst. Persis sama dengan kerajinan Jogyakarta, seperti terlihat dalam gambar posting ini.
Ketika saya tanyakan kepada penjaga toko, dia berkilah itu barang kerajinan-tangan setempat, artinya dibuat oleh penduduk Vietnam atau HCMC. Sekilas saya sempat bingung, namun setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata itu memang buatan Jogya yang dijual di HCMC. Ternyata bukan masalah siapa nyontek siapa, akan tetapi barang produksi Jogya itu dibeli wholesaler atau grossir Viet Nam untuk dijual retail alias ketengan dinegerinya paman Ho.
Demikian juga kotak-kotak perhiasan glossy warna-warni yang pernah saya lihat dijual di Jepang, baik di tempat-tempat kunjungan turis manca negara seperti di Meiji Shrine, dst. Harganya sangat mahal, asli kerajinan tangan Jepang. Bandingkan dan anda jangan heran, bila di pasar Sukawati-Balipun kita banyak melihat kotak warna-warni berkilap tempat perhiasan yang sangat indah itu dengan harga sepersepuluh harga kotak yang sama ukuran dan modelnya di Jepang.
Saya semakin bingung, tatkala miniatur becak, sepeda motor, atau moge alias motor gede miniatur model Harley Davidson juga dapat saya jumpai di HCMC sana. Barang kerajinan tangan itu dibuat dari bahan metal semacam kuningan. Toys itu siapa yang menciptakan pertama kali ? Karena dikaki lima jalanan di Pekanbarupun saya melihat miniatur berbagai kendaraan itu dijual dengan bebasnya… Duh, semakin sempit saja dunia ini dan lebih bingung saya jadinya…
Oleh-oleh yang gampang dibawa dan bobotnya paling ringan adalah T-shirt atau kaus oblong dengan beraneka macam tulisan, sesuai dengan tempat/negara yang kita kunjungi. Tapi tahukah anda, bahwa T-shirt itu kebanyakan dibuat dan disablon di kota kembang Bandung, Indonesia. Jadi lagi-lagi kita terkecoh. Kita bela-belain sudah capai-capai membawa dari LN, ternyata barang itu Made in Indonesia… Nggak lucu, khan..
Popularity: unranked
Ho Chi Minh City (HCMC) sedang bergembira dan merupakan satu lokasi yang dipilih banyak perusahaan disaat resesi global saat ini untuk relokasi pabrik-pabriknya. Saya melihat banyak baju-baju/garment yang tadinya dibuat di Indonesia dialihkan ke negara antara lain Viet Nam, karena beaya produksi bisa ditekan sampai 30-40 % dibandingkan bila diproduksi di negara sebelumnya.
Pada saat saya berkunjung ke Johor Bahru bulan April tahun ini, terdapat toko khusus disana yang berlogo “Outlet Factory’ atau OF yang menjual baju-baju, celana dan jacket jeans, topi serta garment pada umumnya dengan harga sangat ‘miring’. Lebih murah dari OF yang banyak bertebaran dikota Bandung. Saat diamati garment tersebut bertuliskan ‘made in Viet Nam’.
Saya dengar pula banyak perusahaan automotive Korea dan Jepang memindahkan pabriknya ke Viet Nam dengan alasan menekan beaya produksi. Seperti mobil Hyundai dan Toyota yang outsourcing di HCMC dan Viet Nam pada umumnya termasuk Hanoi diujung utara. Harga-harga barang konsumsi, elektronik, makanan, transportasi dan hotel boleh dikatakan reasonable alias mufakat dibandingkan Indonesia dan negara-negara lain didunia.
Tenaga kerja di Viet Nam boleh dikatakan lebih murah atau bahkan termurah di Asia Tenggara. Anak muda Viet Nam berpikiran maju dan sudah melupakan perang yang berkecamuk dinegerinya selama 20 tahun. Tidak ada anti Amerika dan lain-lain, baik dalam kata maupun tulisan. Mereka sangat menikmati budaya dan life style global serta kelihatan mulai bekerja keras membangun negaranya yang tertinggal agak jauh dari negara tetangganya di Asia Tenggara.
Tidak mengherankan pada saat rush hour kita dapat melihat jutaan pekerja pabrik yang pergi dan pulang kerja dari pabrik pabrik yang berada disekitar HCMC. Hampir semuanya menggunakan sepeda motor lengkap dengan helmet dikepalanya. Maka tidak berlebihan kalau HCMC disebut sebagai kota dengan jutaan sepeda motor.
Banyaknya guest house dan homestay di HCMC, mengingatkan saya akan Kuta Beach di Bali sekitar tahun 80-an. Penduduk lokal sangat akrab dengan tamunya dari manca negara. Beberapa anak remaja laki Viet Nam kini sudah ada yang menindik kuping dan memakai anting serta men’tattoo’ bagian tubuhnya terutama di lengan. Rambutpun sudah dicat warna-warni. Kebalikan dari Indonesia dimana penduduknya kebanyakan wanita, makaViet Nam penduduk laki-laki jauh lebih banyak dari pada wanitanya. Coffee shop kebanyakan dikunjungi para lelaki yang ingin mendapatkan pasangan wanitanya disana.
Cerianya masyarakat di HCMC persis seceria masyarakat di Kuta Bali sebelum terjadinya peristiwa Bom Bali 2002. Banyak cafe, restaurant, pub dan disco termasuk disepanjang Saigon River yang mulai hidup pada saat jam menunjukkan jam 20.00 alias jam delapan malam. Didepan atau seberang sungai banyak hotel mewah seperti Rex Hotel yang pernah dipakai lokasi shooting film Hollywood dengan bintang Robin Williams, ada Caravelle Hotel, ada Riverside Hotel yang menjulang tinggi lebih dari 30 lantai.
Persis didepan Rex Hotel tampak berdiri megah patung Ho Chi Minh yang menjadi landmark kota HCMC. Bangunan disekitar patung paman Ho hampir semuanya sangat indah dengan arsitektur ‘Renaissance’ seperti kebanyakan gedung di kota Paris. Warnanya putih-creamy yang tampak anggun dan mahal. Disekitar patung paman Ho dan Saigon river, boleh dianalogikan dengan daerah pantai Sanur di Bali yang notabene buat para turis yang berumur dan mapan dibidang ekonomi alias berkantong tebal.
Kebalikan dari lokasi Rex Hotel dengan patung uncle Ho, di HCMC terdapat pasar grossier seperti pasar pagi atau Mangga Dua di Jakarta dimana membeli satuan juga boleh. Pasar itu namanya BahnThrang, yang cukup luas dengan segala macam barang mulai dari makanan kering semacam keripik pisang, aneka-macam permen atau manisan mulai dari manisan jahe yang bertekstur tipis seperti kain kelambu berwarna kuning-muda dengan rasa ‘ginger’ yang kuat. Ada permen dari buah cherry warna merah menyala, ada kacang-kacangan siap dimakan seperi cashew nuts yang bersih dan besar-besar, sangat menambah tenaga disaat kaki sudah capek mengelilingi pasar Bahn Thrang.
Bahn Thrang juga penuh dengan komoditas fashion seperti : baju, tas berbagai merek terkenal, tas pesta maupun tas kerja, berbagai wallet/dompet pria dan wanita, parfum, sepatu dan aneka macam sandal. Berbagai macam bunga plastik dan berbahan serat, kain dsb serta lukisan/paintings dari cat minyak, airbrush, dst untuk interior serta berbagai lampu hias ada disini. Kalau di Bangkok pasar seperti Bahn Thrang di HCMC sini adalah pasar Cha Tu Chack yang hanya buka setiap weekend dan berlokasi on the way ke Bandara international Svarna Bumi, Thailand.
Saya sangat menikmati makanan Viet Nam terutama Pho sejenis mie kuah yang dicampur daging beef atau seafood dan dimakan dengan sumpit serta spring roll atau lumpia khas Viet Nam dengan saus kacang yang lezat…
Popularity: unranked
Saya barusan kembali dari negeri paman Ho alias Vietnam. Libur panjang ini saya gunakan untuk melihat dari dekat negeri dengan baju nasional ‘ao dai’ yang kabarnya mulai bangkit dan tampak bergairah dalam pembangunan infrastrukturnya.
Memang benar, sejak menginjakkan kaki di bandara internasional Tan Son Nhat di Ho Chi Minh City (HCMC) alias Saigon saya sudah dapat merasakan degup jantung dan geliat urat nadi negeri itu yang jauh dari gambaran ‘resesi’, seperti yang terjadi pada umumnya di negara lain didunia pada saat ini.
HCMC berpenduduk 9 (sembilan) juta orang dan sudah mendekati Jakarta yang 12 (duabelas) juta orang. Hal menarik pada saat ini di HCMC terdapat 5 (lima) juta kendaraan sepeda motor sehingga kurang dari dua orang di HCMC telah memiliki satu sepeda motor. Wow, very crowded and a bit noisy yet very interesting place to visit. Anda bayangkan begitu banyak kepala dengan memakai helm dijalan-jalan kota HCMC yang cukup lebar dan sedikit berdebu namun sangat padat kendaraan sepeda motor.
Terutama pada ‘rush hour’ pagi berangkat kerja dan sore hari pulang kerja. Jalanan macet luar biasa mostly disebabkan oleh begitu banyak sepeda motor dari yang termurah buatan China sampai yang termahal buatan Jepang. Dari yang berharga 300 USD (dollar US) sampai termahal 25 ribu USD yang bermerk Honda.
Sangat menyenangkan melihat orang-orang muda Viet Nam kini yang tidak peduli dan tidak mau mengingat-ingat perang Vietnam yang terjadi selama 20 tahun(1955-1975) dan tidak dimenangi Amerika Serikat. Mereka menganggap itu kejadian masa lalu dan berprinsip ‘let by gones be by gones.’ Yang lalu biarlah berlalu, tidak perlu ada balas dendam. Generasi muda Viet Nam justru sedang dalam ‘euphoria’ kegembiraan luar biasa tanpa sebab yang jelas pada saat ini..
Bagaimana tidak happy karena telah terjadi perubahan sosial yang demikian fantastik dari negeri tertutup yang di-embargo dunia sampai negeri Viet Nam terbuka sejak 1978, setelah BillClinton mantan presiden AS berkunjung ke Viet Nam. Mulai saat itu masuklah segala jenis teknologi mulai dari TV, PC, internet, handphone, movies, fashions dan life style seperti : KFC, Mac Donald, dst. Praktis budaya tradisional tergusur oleh budaya global yang merasuk jauh kedalam sampai ke pedesaan.
Anak-anak Viet Nam sudah ada yang ‘obese’ pertanda overnutrisi alias salah gizi karena terlalu banyak mengkonsumsi ‘junk food’. Kita ingat gerilyawan Viet Cong dimasa perang badannya kecil-kecil dan pendek karena kurang gizi. Sehingga terowongan yang ada di sekitar HCMC yang digunakan disaat Nam War berukuran mini. Lebar 73 cm dan ketinggian 125 cm. Saya harus merangkak minimal membungkuk pada saat tour merasakan dan menghayati hidup didalam Cu Chi tunnel.
Gerilyawan VC (Viet Cong) makan singkong rebus dengan bumbu kacang tanah. Tanaman itu mereka tanam disekitar hutan. VC minum dari mata air didalam hutan. Mereka membuat sandal tipis khas VC yang dibuat dari karet berwarna hitam untuk memudahkan pelarian dihutan, didalam terowongan serta tidak menimbulkan bunyi alias ‘noise-free’. Semua itu digambarkan dalam bentuk diorama didalam hutan dimana terowongan Cu Chi berada dan dibuat bagi peserta tour khusus untuk wisatawan manca negara. Terowongan berfungsi sebagai ‘bunker’ alias tempat berlindung, disaat ada serangan lawan baik didarat maupun dari pesawat tempur dan helikopter diudara. Dalam diorama ada juga yang menggambarkan gerilyawan VC yang sedang berkomunikasi dengan HT, mencatat pesan dst.
Pada kesempatan tour ke Cu Chi tunnel itu saya berkesempatan membidik target berupa gambar kijang dengan bulatan merah yang harus tepat ditembak. Setiap orang dipersilakan memilih senjata apa yang mau dipakai : M16, AK 47 atau lainnya seperti revolver. Saya pilih M 16 dan dengan mengenakan penutup telinga kanan dan kiri serta dibantu instruktur, maka mulailah acara menembak yang mendebarkan jantung itu. Suara yang ditimbulkan sangat keras melebihi 100 (seratus) decibell sehingga seringkali membuat saya terhentak dan terkejut. Sungguh unforgetable experience bagi saya.
Rasa sedih dan amat memilukan sangat terasa ketika berkunjung ke museum perang Viet Nam yang oleh kebanyakan orang Viet Nam disebut American War. Sedangkan orang Amerika dan dunia umumnya menyebut perang itu Vietnam War. Berbagai persenjataan yang digunakan, baju-baju prajurit baik prajurit Nam maupun prajurit AS, foto-foto Presiden Ho, Perdana menteri Viet Nam masa itu dan pejabat AS termasuk Presiden Eisenhower serta menteri luar negeri Henry Kissinger. Kebanyakan foto dalam hitam-putih, hanya satu-dua yang berwarna.
Paling mengesankan adalah foto-foto ‘humanity’ dimana begitu banyak korban perang yang disebabkan penggunaan senjata kimia seperti ‘orange explosion’. Bayi lahir tanpa tangan dan kaki seperti ekses obat tidur thalidomide yang sudah dilarang produksi dan pemakaiannya, otak yang tersembul keluar batok kepala, hydrocephalus, kaki bengkok dan aneh termasuk juga retardasi mental yaitu orang dengan muka Down syndrome, dll. Banyak orang tua Vietnam yang menjadi depressi berat dan mengalami gangguan jiwa sampai saat ini.
Belum lagi foto luka borok berdarah, badan jenazah yang berkeping-keping berlumuran darah, serta seorang serdadu AS yang mengangkat potongan kepala berdarah dengan rambut yang terjuntai… Very sadistic panorama, jauh lebih keji dibanding kehidupan penjara Guantanamo yang sering disebut Gitmo. Nam war lebih mirip kehidupan dizaman jahilliyah.
Popularity: unranked
Beberapa hari yang lalu saya baru kembali dari Singapore, pusat belanja turis dari Indonesia. Kunjungan saya kali ini kesana sudah lama direncanakan. Tiket Air Asia-pp sudah saya beli sejak November 2008. Saya sudah ancang-ancang untuk keluar dari rutinitas sehari-hari minimal 6 bulan sekali. Maklum, raga ini perlu istirahat agar setiap organ didalam tubuh saya berdurasi lama alias long lasting.
Sesampai di Changi Airport, saya berubah pikiran. karena saya mulai menghitung harga-harga di Singapore dan membandingkannya dengan harga counterpartnya di Malaysia. Belum lagi mengingat kurs rupiah ke dollar Singapore dan membandingkannya dengan kurs rupiah ke Ringgit.
Alhasil, dari bandara Changi saya naik taxi ke Bugis Street, dimana tersedia banyak bus tujuan Johor Bahru. Dengan ongkos 2,4 dollar Sing dan ditempuh dalam kurang dari satu jam, sampailah saya di Johor Bahru yang disingkat dengan JB.
JB tampak cantik dengan gedung-gedung modern, dan terletak ditepi pantai yang indah. Perbatasan Singapore dan JB adalah Woodland, tempat imigrasi bila memasuki wilayah Singapore. Sedangkan Bandar Sultan Iskandar adalah imigrasi saat memasuki wilayah Malaysia di JB.
Sedikit repot dengan mengisi formulir saat memasuki satu negara, seperti yang saya rasakan saat bepergian dari Hongkong ke Shenzen diwaktu yang lalu. Di Shenzen malahan semua pendatang baru diharuskan untuk diambil potret wajah layaknya pasfoto. Mungkin sebagai antisipasi terhadap terroris yang ditakuti memasuki China.
Makanan di JB yang terbaik menurut saya adalah Nasi Briyani dengan kare ayam. Harganya 9 ringgit, plus teh tarik 2 ringgit. Dengan 11 ringgit alias 33 ribu rupiah terasa makan siang itu sangat memuaskan.
Bandingkan dengan harga makanan di Singapore. Saya mencari makanan yang agak berselera Indonesia di jalan Pisang, berdekatan dengan Arab Street di Singapore. Tahu goreng telur yang dibuat bentuknya tinggi, seperti tumpeng dan nasi putih harganya 6 dollar Singapore atau sama dengan 45 ribu rupiah. Ada pepes ikan, pisang goreng, dst semuanya makanan khas Indonesia yang diolah secara modern.
Pemilik restoran adalah seorang hajjah, warga Singapore. Restoran ini ternyata begitu populer diantara penduduk muslim di Singapore. Tak henti-hentinya penumpang yang naik dan turun kendaraan dijalan Pisang yang relatif sempit dan tidak seberapa panjang yang tampak tegak lurus dengan Victoria Street.
Diseberang jalan Pisang tampak toko-toko yang menjual ikan asin, kacang-kacangan, kerupuk mentah dan semua jenis makanan kering lainnya. Dari pengamatan saya, para penjual disekitar situ airmukanya tampak tidak ceria, tidak happy dan terkesan flat seperti menghadapi masa suram. Tidak sekalipun saya melihat orang disana yang tersenyum. Semuanya bermuka murung, tampak letih..
Sampailah saya di sepanjang Orhard Road, disini masih banyak orang asing yang berseliweran dari berbagai negara : Australia, Eropa dan Amerika. Sebagian adalah expatriat yang bekerja di Singapore. Disekitar Orchard Road ini kondisi ekonomi yang mengalami resesi tidak begitu tampak dari air muka orang-orang yang berlalu-lalang. Akan tetapi toko-toko meskipun banyak orang yang masuk, kebanyakan hanya melihat-lihat, tanpa membeli barang. Business terlihat sepi..
Pada satu pertokoan Lucky Plaza yang terletak berdekatan dengan Mount Elizabeth Hospital, ada keadaan baru yang belum saya lihat sekitar satu tahun yang lalu yaitu toko-toko dikelola oleh orang-orang Filipina dengan bahasa tagalog-nya. Mereka bukan sebagai pekerja, akan tetapi pengelola bisnis.
Satu kemajuan besar bagi bangsa Filipina yang bisa ber-expansi bisnis sampai ke Singapore. Mereka bukan lagi tenaga kerja yang mengandalkan tenaganya saja. Akan tetapi saat ini mereka sudah punya modal dan menjadi pemilik atau pengelola satu kegiatan bisnis di areal terpandang di Singapore. Kapan kita bisa seperti itu ?
Popularity: unranked
Bila San Francisco terkenal dengan jembatannya yang disebut ‘Golden Gate’, dan duplikat jembatan ini sudah ada di Palangka Raya. Maka di Batam sudah sangat termasyhur kemolekannya jembatan Barelang. Berkunjung ke Batam bagi saya sudah berulangkali. Sejak tahun 1999, saya sudah menginjakkan kaki berkali-kali di pulau industrial bracket dan bebas pajak yang tersohor itu.
Bila pada kali pertama saya kesana, pulau Batam terkesan masih sunyi, maka kali terakhir pada liburan Lebaran di bulan Oktober ini terasa jauh berbeda. Jalanan sudah sedemikian ramai dengan kendaraan. Baik roda-4, sepeda motor, roda -3 semuanya berseliweran dijalan-jalan raya Batam yang mulai hiruk-pikuk.
Malah terkesan mulai macet terutama pada persimpangan /simpang empat : simpang jam didepan RS. Awal Bros Batam, simpang kearah Bandara Hang Nadim dan juga simpang Baloi View yang menuju ke jembatan Barelang dan pantai Nongsa. Read the rest of this entry »
Popularity: 3%
As years before, I visited beautiful village of Ubud, which located along Campuan river with lovely green trees beside the river. The road is curving, like a walking snake and you can see many artshops selling handicrafts or restaurants with many food choices, even a gallery selling paintings, ceramics and potteries.
People in Ubud mostly are artists and the rest are farmers, looking for their rice paddy in the field. Ubud located in the hilly place, with a medium temperature (27-28 Celcius degree) during day time.  When you are looking for something different than beaches, then Ubud is an alternative, with so many terraces of rice fields and coconut trees. Read the rest of this entry »
Popularity: 2%
I just came back from Bali for a wedding procession of my nephew. I spent like four days enjoying Bali and its culture, and by a coincidence those days were the holy days for the Balinese which is called Galungan.
Galungan will return in every other 210 days or six Balinese-months. In that very special day, the Balinese believe that the day was a victory day against the devils and other bad habits and bad human characters that we have to avoid from.
People in Bali have a philosophy of : ‘see no evil, speak no evil and hear no evil’ and the sculptors in Ubud have made the statue of the three monkeys that acting those three forbidden bad habits that people used to do. I love to see the funny statue made from ebony wood. And lots of tourists from all over the world enjoy everything made in Bali. Read the rest of this entry »
Popularity: 4%
Anda pernah menikmati makanan khas Prancis yang sangat terkenal yaitu l’escargot? Tidak usah jauh-jauh terbang ke Eropa dinegara dimana menara Eiffel tegak dengan cantik dan anggun yaitu tepatnya dikota Paris, cukup ke pulau Bintan persisnya dikota Tanjungpinang yang belum lama ini saya kunjungi.
Pada 1992 saat saya menjalani training hematology di Rotterdam, saya pergi ke Paris dengan kereta api Belanda yang bersih dan nyaman. Saat itu weekend, lumayan untuk jalan ke kota yang sangat indah dan paling cantik arsitektur gedung-gedungnya di seantero Eropa yaitu Paris.
Kota ini sangat lekat dengan segala sesuatu yang indah dan artistik, bukan hanya mode, parfum, dan museum yang bertebaran dan salah satunya adalah Louvre, gedungnya seluruhnya terbuat dari kaca dengan design futuristik dan sangat modern. Paris juga terkenal dengan makanan l’escargot yang unik dan tiada duanya. Apa itu l’escargot? Read the rest of this entry »
Popularity: 5%
Pernah anda mendengar ‘Gurindam duabelas’ ? Merupakan tulisan seperti syair yang ditulis dalam duabelas pasal. Penulisnya adalah Raja Ali Haji, seorang penyair yang menjadi sahabat serta orang kepercayaan raja Melayu saat itu.
Raja Melayu itu beserta permaisurinya dimakamkan di dataran tinggi pulau Penyengat. Demikian pula sang penyair, Raja Ali Haji dimakamkan didalam satu kompleks makam dipulau itu bersama-sama raja dan permaisuri. Dimana letak pulau Pemyengat ? Read the rest of this entry »
Popularity: unranked
Selama 3 hari, weekend yang baru lewat, saya berkesempatan melihat dari dekat pulau Bintan dengan ibukotanya Tanjung Pinang. Pulau ini sangat berdekatan dengan Johor Bahru di Malaysia dan pelabuhan Harbour Front di Singapore.
Dengan jarak tempuh lebih kurang satu jam dari Singapore, maka sangat masuk akal, apabila disetiap weekend, pulau Bintan dikunjungi turis mancanegara terutama Singapore dan Malaysia. Disamping banyak juga turis orang Eropa dan Amerika yang bekerja di Singapore dan Malaysia.
Pantai Sedona dan Lagoon beach berjarak lebih kurang 100 km dari Tanjung Pinang. Apa daya tarik pulau Bintan ? Read the rest of this entry »
Popularity: unranked