Ibu saya seorang guru dan kemudian naik menjadi penilik sekolah dasar pada masa kanak-kanak saya. Beliau sangat mengutamakan dan menekankan agar menomor- satukan tugas-tugas yang diberikan di sekolah, ketimbang aktivitas lain, seperti : bermain, membantu pekerjaan dirumah, bepergian dengan keluarga, dll.
Bagi ibu saya, yang kepala SD waktu saya disekolah dasar, saya dan saudara saya tidak boleh tidur malam hari, sebelum PR yang diberikan sebagai tugas oleh guru disiang harinya diselesaikan dengan baik dan sempurna. Andaikan ada soal-soal yang sulit, beliau pasti akan menjelaskan kepada saya dan memberi penyelesaian soal dengan jelas. Tidak ada alasan karena soalnya susah, lalu saya biarkan kosong tidak terjawab sampai keesokan paginya. Ibu saya akan marah dan tidak terima alasan itu.
Demikian pula ayah saya. Meski beliau bukan seorang guru, ayah saya juga sangat memperhatikan pendidikan putra-putrinya. Ayah mempunyai sebuah buku soal matematika yang sangat tebal, dengan jumlah 1000 pertanyaan. Maka bagi setiap anak dan disesuaikan dengan kelas dimana saat itu kita belajar, bapak akan memberikan tugas untuk menyelesaikan minimal 5 soal matematika setiap hari. Buku jawaban soal yang kita buat harus diletakkan diatas meja kerja bapak saya, untuk diperiksa dan diberi nilai bila bapak sudah sempat dan ada waktu untuk itu.
Tidak peduli beliau sedang bepergian keluar kota untuk inspeksi ke dinas perindustrian di wilayah kerjanya bahkan keluar propinsi, anak-anak selalu harus mengerjakan PR matematika dari ayah. Demikian pula  surat kabar langganan keluarga selama beliau bepergian, harus ditaruh dengan rapi sesuai urutan tanggal terbit koran, agar nantinya dapat dibaca oleh bapak sesuai kebutuhan beliau. Kita sebagia anak-anak, benar-benar dididik agar disiplin dalam segala hal…Â
Rupanya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Demikian perumpamaan yang diberikan bila seorang anak mengikuti jejak orang tuanya. Sayapun sekarang menjadi guru atau dosen dibeberapa perguruan tinggi di Pekanbaru, baik swasta maupun negeri.
Hebatnya Pekanbaru dalam dunia pendidikan ini, terlihat dari gedung perpustakaan yang megah dan terbesar di Indonesia yang diberi nama ‘Perpustakaan Syuman HS’, yang terletak di jalan protokol di kota Pekanbaru. Selain itu ada juga ‘gedung guru’ sebagai penghargaan kepada para guru yang bernaung dibawah organisasi PGRI di propinsi Riau. Gedung guiru berarsitektur modern, bercat warna kuning dan berlokasi dijalan utama kota Pekanbaru dan diresmikan oleh bapak presiden SBY.
Perpustakaan Syuman HS, gedungnya mengambil bentuk buku Qur’an yang terbuka diatas tempat buku yang tidak datar, tapi berlekuk dibagian tengah seperti biasa kita lihat pada pembacan Tilawatil qur’an, dst. Jadi sangat artistik dan modern dari segi arsitektur perpustakaan.
Kesejahteraan guru juga diperhatikan pemerintah propinsi. Pada saat ini semua orang lebih suka menjadi PNS dibandingkan pegawai swasta di Pekanbaru. Take home pay sangat lumayan dibandingkan karyawan swasta yang kebanyakan berstatus pegawai kontrak. Sehingga pada saat ada PHK, perusahaan tidak harus memberikan pesangon kepada pekerja kontrak tersebut.
Komputer dan internet di Pekanbaru sudah menjadi barang biasa. Setiap mahasiswa sudah sangat familiar menggunakan komputer dan ber’internet ria’. Jadi jangan heran, penjualan komputer dan lap top dikota Pekanbaru laju pesat.
Dibidang pertukaran pelajar, Pekanbaru sudah sejak beberapa tahun mengirim pelajar ke sekolah afiliasinya di Melaka dan Malaysia pada umumnya. Lumayan banyak pelajar SMA yang berprestasi diajang internasional dibidang sains, teknologi dan olahraga. Demikian pula dengan guru-gurunya yang juga mempunyai program pertukaran guru dengan sekolah yang setara di Malaysia.Â
Belum lagi program dari walikota Pekanbaru yang membebaskan uang sekolah bagi sekolah dasar, SMP dan SMU bagi sekolah-sekolah tertentu. Program semacam ini belum pernah ada di Jakarta, yang saya tahu sampai saat ini.
Popularity: unranked